Minggu, 10 April 2011

analisis puisi



Daerah Perbatasan
I
Kita selalu berada di daerah perbatasan
antara menang dan mati. Tak boleh lagi
ada kebimbangan memilih keputusan:
adakah kita mau merdeka atau dijajah lagi.
Kemerdekaan berarti keselamatan dan bahagia,
Juga kehormatan bagi manusia
dan keturunan. Atau kita menyerah saja
kepada kehinaan dan hidup tak berarti.
Lebih baik mati. Mati lebih mulia
dan kekal daripada seribu tahun
terbelenggu dalam penyesalan.
Karena itu kita tetap di pos penjagaan
atau menyusup di lorong-lorong kota pedalaman
dengan pistol di pinggang dan bedil di tangan.
(sepagi tadi sudah jatuh korban.) hidup
menuntut  pertaruhan, dan kematian hanya
menjamin kita menang. Tetapkan hati.
Tak boleh lagi ada kebimbangan
di tengah kelaliman terus mengancam.
Taruhannya hanya mati.
                                                                                    Subagyo sastro wardoyo

Hasil paraprase:
Kita yang  selalu berada di daerah perbatasan ini
di antara menang dan mati. Tak boleh lagi
ada kebimbangan memilih keputusan:
apakah  kita mau merdeka atau dijajah lagi.
Karena kemerdekaan berarti keselamatan dan bahagia bagi kita semua,
Dan juga kehormatan bagi umat manusia
Serta  keturunannya. Atau kita menyerah saja
kepada kehinaan. Hal itu akan membuat  hidup kita tidak  berarti.
Daripada seperti itu lebih baik mati. Karena mati lebih mulia
dan kekal daripada seribu tahun
terbelenggu dalam penyesalan.
Karena itu kita harus tetap berada di pos penjagaan
atau menyusup di lorong-lorong pinggiran kota pedalaman
dengan berbagai senjata yang kita miliki, diantaranya pistol di pinggang dan bedil di tangan.
(sepagi tadi sudah jatuh korban.) karena memang hidup itu
 menuntut  pertaruhan, karena  kematian hanya
menjamin kita menang, tidak ada pilihan lain selain mati. Tetapkan hati.
Tak boleh lagi ada kebimbangan dan kebingungan
di tengah-tengah kelaliman terus mengancam.
Taruhannya hanya mati karena kita memperjuangkan negara serta  harga diri kita.


Analisis puisi:
Puisi ini menceritakan atau menggambarkan suasana perjuangan untuk memperjuangkan kemerdekaan dari penjajahan demi mempertahankan keormatan bagi manusia. Mereka hanya dihadapkan dengan dua pilihan antara berjuang untuk merdeka atau dijajah lagi. Hal tersebut yang harus mereka pilih. Tidak ada pilihan lain selain dua pilihan itu. Kalau mereka memilih berjuang untuk merdeka, sedidaknya ada harapan untuk merdeka meskipun mereka harus mati tetapi matinya itu akan lebih mulia dan kekal daripada seribu tahun terbelenggu dalam penjajahan. Oleh sebab itu mereka tetap berjuang, melawan penjajah dengan menyusup di lorong-lorong pinggiran kota dengan senjata yang mereka bawa meskipun kematian terus menghadang perjuangan mereka.
Di dalam puisi tersebut penyair seolah-olah menceritakan atau menggambarkan suasana perjuangan mempertahankan kemerdekaan dari penjajah. Demi mempertahankan kehormatan bagi manusia, mereka (para pejuang) harus memilih dua pilihan, yaitu antara berjuang untuk merdeka atau dijajah lagi. Dua hal tersebut yang harus mereka pilih. Kalau memilh berjuang untuk merdeka, setidaknya ada harapan untuk merdeka meskipun taruhannya adalah nyawa mereka, kan tetapi matinya itu akan lebih mulia dan kekal daripada seribu tahun terbelenggu dalam penjajahan. Oleh sebab itu mereka tetap berjuang dengan menyusup di lorong-lorong pinggiran kota dengan senjata yang mereka bawa meskipun nyawa taruhannya.
Dalam puisi ini banyak terdapat kepaduan antara unsure-unsurnya. Suasana yang berpadu dengan peristiwa saat itu yang menggambarkan perjuangan untuk melawan penjajah. Dengan suasana perjuangan yang begitu mencekam, meresahkan, bahkan sangat menakutkan soalah-olah mereka berhadapan dengan kematian. Kemudian didukung latarnya yang begitu jelas mengisahkan betapa sengsaranya mereka berjuang untuk melawan penjajah. Mereka harus berjaga di pos penjagaan, menyusup di lorong-lorong pinggiran kota hanya dengan senjata seadanya. Hal itu digambarkan Subagyo pada baris ke 4sampai 8 dan pda baris ke 12 sampai 14
adakah kita mau merdeka atau dijajah lagi.
Kemerdekaan berarti keselamatan dan bahagia,
Juga kehormatan bagi manusia
dan keturunan. Atau kita menyerah saja
kepada kehinaan dan hidup tak berarti.
…………………………………………..                                                                  …………………………………………..
Karena itu kita tetap di pos penjagaan
atau menyusup di lorong-lorong kota pedalaman
dengan pistol di pinggang dan bedil di tangan.
Subagyo melukiskan perjuangan itu dengan menggambarkan latar yang begitu memprihatinkan, berada di pinggiran kota, di pedalaman karena kotanya sendiri telah diduduki oleh para penjajah. Penyair juga menggambarkan saat itu mereka harus berjuang, karena tidak ada pilihan lain selain berjuang itu. Karena kalau menyerah mereka akan selamanya terjajah dan hidup dalam kehinaan.
Kita selalu berada di daerah perbatasan
antara menang dan mati. Tak boleh lagi
ada kebimbangan memilih keputusan:
…………………………………………
…………………………………………
………... Atau kita menyerah saja
kepada kehinaan dan hidup tak berarti.
Penyair (Subagyo) lebih menekankan arti dari puisi itu sebagai bentuk perjuangan, dimana mereka harus tetap berjuang mempertahankan kemerdekaan melawan penjajah agar hidup mereka bebas dan dapat mempertahankan kehormatan. Karena mereka tahu kalaupun tidak dilawan, para penjajah itu akan semakin membabi buta, menyiksa dan hidup mereka akan semakin sengsara.
Selain itu dalam puisi diatas, untuk pemilihan kata-kata dan bunyi kata itu sendiri saling mendukung makna puisi tersebut, diantaranya yaitu: kebimbangan, keselamatan, kehinaan, penjagaan, pedalaman, pertaruhan, kematian, kebimbangan, dan kelaliman yang semua itu dapat mendukung suasana yang penuh dengan kesengsaraan dan penderitaan.
Kesengsaraan dan penderitaan dari sebuah penjajahan membuat mereka (para pejuang) bertekad untuk mempertahankan kemerdekaan. Mereka bertekad berjuang untuk mempertahankan kehormatan, membebaskan dari penjajahan yang membelenggu, meskipun mereka harus mempertaruhkan nyawanya. Semua itu dipaparkan dengan jelas dalam puisi itu dari awal hingga akhir. Dan juga ada kesepadanan dalam puisi itu yang dapat mendukung makna, yaitu pada baris ke 4 sampai 6 dengan baris ke 12 sampai 14. Sedangkan pada baris ke 5 sampai 6 merupakan keadaan yang bertentangan dengan baris ke 7 sampai 8.
Di dalam puisi tersebut tidak hanya berbicara tertang perjuangan, namun lebih dari itu puisi ini berbicara mengenai kehidupan. Puisi ini mendorong seorang pejuang untuk membela Negara walaupun nyawa taruhannya. Hal ini dipaparkan di baris ke 19 sampai 20. Selain itu puisi ini juga memberi pelajaran bagi pembaca  bahwasannya hidup itu perlu adanya keputusan untuk yang terbaik buat hidup kita dan orang lain. Tidak hanya sekarang, tapi nanti untuk masa depan kita kelak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar